JAKARTA, INDONESIA – Media OutReach – PT Gunung Raja Paksi (GRP), perusahaan anggota Gunung Steel Group dan salah satu produsen baja swasta terbesar di Indonesia, telah mendapatkan pinjaman terkait berkelanjutan sebesar USD 32 juta dari Bank Negara Indonesia (BNI), menjadikan perusahaan sebagai produsen baja Indonesia pertama yang melakukannya. Kredit bilateral 5 tahun akan digunakan untuk mendanai inisiatif keberlanjutan GRP, termasuk Light Section Mill (LSM) yang baru saja ditugaskan.

Kerjasama tersebut ditandai dengan kunjungan ke fasilitas produksi baja GRP di Cikarang Barat, Bekasi oleh jajaran pimpinan senior BNI antara lain Muhammad Iqbal, Direktur Enterprise & Commercial Banking BNI, dan Rangga Bhirawa, General Manager Enterprise Banking. Rombongan disambut dengan hangat oleh Roymond Wong, Chief Financial Officer GRP dan Sheren Omega, Head of Sustainability Department GRP.

Kunci dari salah satu komitmen GRP adalah memenuhi kebutuhan baja dalam negeri, diharapkan Light Section Mill (LSM) akan meningkatkan efisiensi operasional dengan mengurangi konsumsi energi, sehingga mengurangi emisi karbon. Proyek ini juga merupakan bagian dari misi GRP menuju dekarbonisasi, menyusul kemitraan mereka baru-baru ini dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN), di mana perusahaan menjanjikan dukungan untuk membantu Indonesia mencapai tujuan nol emisi karbon pada tahun 2060.

Karena baja merupakan bahan penting yang dibutuhkan dalam proyek konstruksi dan industri, GRP percaya bahwa penggunaan baja yang diproduksi melalui cara yang berkelanjutan akan menjadi jalan penting untuk membangun negara yang ramah lingkungan. Perkiraan terbaru oleh PwC dan Asosiasi Industri Besi & Baja Indonesia (IISIA) mengungkapkan bahwa, pada tahun 2022, jumlah baja yang digunakan di Indonesia diperkirakan mencapai 18,1 juta ton, meningkat 7,6% dibandingkan tahun 2021.

Kajian yang sama juga memperkirakan konsumsi baja pada 2050 akan menjadi 125 juta ton, terutama didorong oleh sektor konstruksi yang menyumbang 75% dari permintaan baja.

“Dengan berakhirnya COP27, Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita membantu sektor swasta dan pelaku industri bertransisi ke model bisnis yang berkelanjutan? Keuangan hijau adalah bidang diskusi utama dalam hal mempromosikan agenda pembangunan berkelanjutan, karena memberikan bisnis di industri kemampuan yang mereka butuhkan untuk menerapkan teknologi dan proses berkelanjutan dalam bisnis mereka. Memiliki dukungan BNI tidak hanya akan mendorong metode produksi yang berkelanjutan, tetapi juga memungkinkan kami untuk mempercepat laju dekarbonisasi di kawasan,” kata Roymond Wong, Chief Financial Officer (CFO) GRP .

“Sebagai salah satu pemimpin di sektor produksi baja swasta di Indonesia, kami menyadari perlunya memproduksi baja secara berkelanjutan. Dikombinasikan dengan pemahaman yang berkembang tentang strategi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan (ESG), klien dan regulator menjadi lebih sadar dan terdidik tentang perlunya baja berkelanjutan. Kombinasi dari pinjaman terjamin baru ini dan strategi ESG kami saat ini bertujuan untuk memastikan bahwa baja yang diproduksi memenuhi persyaratan ramah lingkungan dari target proyek pembangunan daerah di Indonesia adalah menjadi negara yang lebih hijau.” komentar Sheren Omega, Head of Sustainability di GRP.

Menurut Bapak Muhammad Iqbal, Direktur Enterprise & Commercial Banking BNI, GRP merupakan perusahaan baja yang terdepan dalam penerapan metode produksi berkelanjutan di perusahaannya. Sebagai pionir green banking di Indonesia, BNI berharap dapat terus mendorong perubahan yang berwawasan ke depan dalam praktek bisnis yang berkelanjutan dan kerjasama bisnis yang komprehensif dengan GRP.

“Kami bersyukur memiliki kesempatan untuk berkontribusi bersama dalam mewujudkan ekonomi hijau. Ke depannya, BNI dan GRP juga akan mengoptimalkan potensi value chain funding perusahaan, cash flow management, payment channel, supply chain financing, partner financing, dan consumer product, baik dana maupun pinjaman, serta menyediakan solusi digital yang solid untuk GRP,” pungkas Iqbal.