SINGAPURA – Media OutReach Newswire – VML Singapura dan LUX, brand kecantikan global di bawah naungan Unilever, telah bermitra dengan MX Player, sebuah platform OTT terkemuka, meluncurkan sebuah kampanye baru yang mengangkat sebuah isu yang sudah mengakar di dunia perfilman India, yaitu normalisasi seksisme.

Kampanye berjudul ‘The End’, menyoroti bagaimana film-film klasik India, meskipun tidak dapat disangkal lagi populer di platform-platform streaming, sering kali menggambarkan narasi-narasi yang sudah ketinggalan zaman di mana para pria mengabaikan penolakan yang jelas dari seorang wanita. Kampanye inovatif ini bertujuan untuk memicu percakapan dan menginspirasi perubahan positif dalam industri ini.

Kampanye ini memanfaatkan kekuatan komunikasi dalam platform MX Player dengan cara yang benar-benar unik. Alih-alih jeda iklan tradisional yang mengganggu pengalaman menonton, LUX akan memanfaatkan ruang iklan yang ditempatkan secara strategis di dalam film itu sendiri.

Sebagai contoh: Film diputar seperti yang diduga, sampai pada adegan krusial di mana seorang pria bertindak tidak pantas dan sang wanita dengan jelas mengungkapkan ketidaksetujuannya. Ini bisa berupa kata “Tidak” secara verbal, ekspresi ketidaknyamanan, atau indikasi lain yang jelas tentang ketidakrelaannya. Pada saat yang sangat penting ini, iklan LUX menyela dengan mulus, secara efektif mensimulasikan akhir film dengan kredit akhir. Akhir yang tak terduga ini mengejutkan pemirsa dengan perspektif baru tentang perilaku yang telah menjadi normal.

Kampanye ini menampilkan skenario seperti itu untuk menekankan kekuatan kata “Tidak” dan pentingnya menghormati batasan. Kampanye ini menampilkan pesan-pesan yang kuat tentang pentingnya persetujuan, menuntut diakhirinya seksisme saat itu juga, dan memahami bahwa kecantikan wanita yang bersinar tidak pernah menjadi undangan atau alasan untuk melakukan pelecehan.

Selama lebih dari satu abad, LUX telah memberdayakan para wanita untuk mengekspresikan kecantikan dan individualitas mereka yang unik. Kampanye baru mereka dibangun berdasarkan warisan ini, dengan pendekatan yang kreatif dan berdampak untuk mengatasi masalah sosial yang signifikan.

Severine Vauleon, Global Brand Vice President, LUX | Bath & Body, mengatakan, selama beberapa dekade film telah mengabadikan gagasan bahwa seorang pria yang gigih pada akhirnya akan memenangkan hati seorang wanita, meskipun pada awalnya wanita tersebut menolaknya.

“Meskipun industri ini tidak diragukan lagi telah membuat langkah menuju kemajuan, banyak film populer dari masa lalu yang masih dipenuhi dengan adegan seksis yang sudah ketinggalan zaman. Kami bangga dapat bermitra dengan MX Player dalam inisiatif inovatif yang menggunakan kekuatan komunikasi untuk mengatasi masalah sosial ini,” jelasnya dalam rilis, Rabu (24/4/2024).

Dengan bermitra dengan MX Player, sebuah platform yang terkenal dengan beragam konten yang menjangkau khalayak luas, LUX menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan jangkauannya demi kemajuan sosial. Kemitraan strategis ini memastikan pesan kampanye ini mendapatkan suara yang kuat dan beresonansi dengan kelompok pemirsa yang luas dan beragam.

“Kampanye ini bukan tentang menghapus sejarah sinematik. Ini adalah tentang memicu percakapan dan mendorong pemirsa untuk secara kritis menganalisis narasi yang mereka konsumsi. Kami percaya bahwa film-film klasik masih dapat dinikmati sambil mengakui norma-norma sosial yang terkadang digambarkan,” kata Hinoti Joshi, Global Managing Partner di VML Singapura.

Kampanye LUX dan MX Player memiliki potensi untuk memicu sebuah diskusi yang sangat dibutuhkan di dalam industri Film India. Dengan menantang adegan-adegan seksis yang sudah ketinggalan zaman dan mempromosikan narasi-narasi yang merayakan agensi wanita dan penghormatan terhadap batasan-batasan, kampanye ini dapat membuka jalan bagi masa depan yang lebih progresif dan memberdayakan bagi sinema India.

Kampanye ‘The End’ merupakan sebuah ajakan untuk bertindak, mendorong para penonton untuk secara kritis menganalisis narasi yang mereka konsumsi dan mempertanyakan penggambaran perempuan yang sudah ketinggalan zaman. Kampanye ini juga mengirimkan pesan yang kuat kepada industri film itu sendiri: penonton siap untuk cerita-cerita yang mencerminkan penggambaran yang lebih progresif dan menghormati dinamika gender.