HO CHI MINH CITY, VIETNAM – Media OutReach – Dalam rangka memperingati World Youth Skills Day Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini, Deutsche Post DHL Group (DPDHL Group), perusahaan penyedia jasa logistik terkemuka di dunia telah mempublikasikan beberapa temuan utama dari suatu studi perdana tentang kecakapan kerja pemuda di Asia.

Studi daring yang diadakan selama tiga minggu tersebut menerima hampir 950 tanggapan dari pemuda di atas usia 15 tahun di Asia, termasuk hampir 480 respons dari Indonesia. Pemuda dari enam negara lainnya seperti Kamboja, India, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam juga menjadi responden yang melengkapi studi tersebut. Studi Vietnam ini dilakukan sebagai bagian dari program GoTeach oleh DPDHL Group dengan dukungan dari mitranya yaitu SOS Children’s Villages.

“Ketidakpastian dan perasaan tidak aman terhadap pekerjaan muncul seiring dengan perjuangan yang berlanjut dari sebagian besar perekonomian di wilayah tersebut terhadap berbagai gelombang COVID-19. Sementara hal ini pasti berdampak terhadap peta perekrutan untuk berbagai bisnis di seluruh bidang industri, rasanya menggembirakan ketika melihat para pemuda kita mampu mengenali tantangan-tantangan yang ada di hadapannya, tetapi tetap optimis tentang bakat dan kemampuan mereka sendiri dalam mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan mereka,” tutur Christoph Selig, Vice President, sustainability communications and programs, DPDHL Group, Kamis (15/7/2021).

Studi tersebut menemukan bahwa hampir 90% pemuda Vietnam yang menjadi responden merasa “cemas” atau “sangat cemas” tentang kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan, dengan hampir 98% di antaranya mengakui bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan dampak terhadap proses pencarian pekerjaan. Meskipun demikian, ada kepercayaan diri dan optimisme di kalangan pemuda di Asia ini, dimana 88% dari mereka percaya bahwa mereka siap untuk memasuki pasar dunia pekerjaan, dengan 70% menunjukkan bahwa mereka memperkirakan bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu kurang dari enam bulan setelah menyelesaikan pendidikan mereka.

Ketika melakukan evaluasi terhadap penawaran pekerjaan, pemuda di Asia memilih “peluang untuk belajar dan menghadapi tantangan” sebagai faktor teratas yang paling utama, disusul hampir 20% menganggap “rasa aman dalam pekerjaan” sebagai faktor penting lainnya. Sementara di Vietnam, sebagian besar responden setuju dengan rekan-rekan mereka di wilayah tersebut tentang keinginan tentang peluang untuk belajar dan menghadapi tantangan, namun mereka menyebut “gaji” sebagai faktor kedua yang paling dipertimbangkan.

Tidaklah mengherankan, sekitar 38% dari pemuda yang mengikuti survei di (di Vietnam dan di seluruh wilayah, setuju dengan responden lainnya bahwa metode tradisional seperti pemagangan paling berguna dalam membantu mereka mendapatkan pekerjaan melalui saluran media sosial, dan rekomendasi dari mentor dan guru juga sama-sama disebut sebagai faktor utama yang memungkinkan. Portal pekerjaan daring tetap dianggap cocok sebagai saluran yang berguna dengan persentase terkecil, karena kurangnya koneksi pribadi yang didapatkan dari bekerja sebagai pekerja magang atau validasi oleh kontak.

Preferensi industri

Di Vietnam, lebih dari 250 pemuda yang mengikuti survei merasa bahwa bekerja sebagai profesional tenaga kesehatan seperti perawat atau dokter merupakan profesi yang paling tahan terhadap resesi. Tidak diragukan lagi, mereka telah memegang peran penting sebagai pejuang garis depan sejak wabah global COVID-19 ini. Sementara pekerjaan di dalam sektor pemerintah atau pendidikan masing-masing menempati posisi kedua dan ketiga.

Yang menarik, ketika ditanya apa preferensi mereka untuk pekerjaan pertama mereka, lebih dari 50% pemuda Vietnam memilih kewirausahaan, mencerminkan keinginan yang sama dengan para rekan mereka di wilayah Asia lainnya, dimana lebih dari 20% di antara mereka memilih opsi ini. Secara keseluruhan, pekerjaan yang berhubungan dengan sektor kewirausahaan, pendidikan, dan perhotelan/pariwisata menempati peringkat tiga teratas yang disukai oleh para pemuda di wilayah itu.

“Pemuda yang baru memasuki angkatan kerja telah menjadi saksi atas krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah mempengaruhi pandangan mereka terhadap dunia kerja. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan jika sebagian besar di antara mereka merasa bahwa industri perawatan kesehatan memang tahan terhadap resesi, tetapi sebagian besar pemuda juga mungkin lebih memilih untuk memulai usaha mereka sendiri, agar dapat memegang kendali atas kehidupan, karier, dan nasib mereka sendiri. Setelah semua itu, rasanya harapan meningkat ketika melihat semangat kewirausahaan para pemuda, yang mendapatkan dukungan kuat dari pelatihan kewirausahaan GoTeach tentang cara memulai dan menjalankan bisnis mereka sendiri,” jelas Susanne Novotny, Corporate Partnership Manager di SOS Children’s Villages.

Keterampilan penting untuk dunia kerja

Selain keterampilan teknis dan kejuruan, hampir 60% responden di Vietnam menganggap keterampilan komunikasi interpersonal sebagai kunci, sementara 27% menganggap keterampilan bahasa berkaitan dengan kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Rekan mereka di negara Asia lainnya juga menyebutkan semua ini sebagai keterampilan yang paling penting, yang akan mendukung mereka dalam perjalanan pencarian pekerjaan.

Ditetapkan oleh Majelis Umum pada tahun 2014, World Youth Skills Day merupakan peluang bagi pemuda, institusi pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (technical and vocational education and training/TVET), serta pemangku kepentingan sektor publik dan swasta, untuk memberikan pengakuan dan merayakan pentingnya melengkapi pemuda dengan berbagai keterampilan untuk ketenagakerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Tema tahun ini adalah “Keterampilan untuk pemuda yang tangguh”.

Sebagai inisiatif di bidang Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) atau Environment, Social and Governance (ESG) yang dilakukan sejak tahun 2009, GoTeach berupaya meningkatkan kecakapan kerja para pemuda, terutama mereka yang berasal dari latar belakang sosio-ekonomi yang kurang beruntung akibat keresahan sosial, kemiskinan, dan/atau kehilangan keluarga.

Hingga saat ini, para relawan dari seluruh DPDHL Group yang terdapat di 60 negara telah melakukan kontribusi berupa waktu dan upaya mereka untuk bekerja bersama para pemuda dalam program ini. Di Asia Pasifik, lebih dari 600 relawan DHL melakukan beberapa inisiatif pada tahun 2020, termasuk memberikan bimbingan, pelatihan keterampilan pekerjaan, penulisan daftar riwayat hidup, pemagangan, dan kamp pemuda, untuk kepentingan para pemuda di seluruh wilayah ini.