JAKARTA, INDONESIA – Media OutReach – PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), anggota dari Gunung Steel Group dan salah satu produsen baja swasta terbesar di Indonesia mencatat hasil keuangan yang positif di triwulan III (Q3) tahun 2022 , dengan rekor pendapatan tertinggi sebesar USD723 juta, 44% year on year (YoY) sejak 2021. GRP juga meraih laba bersih sebesar USD49 juta di triwulan III 2022, naik 22% YoY sejak 2021.

Hasil positif ini diantaranya didukung oleh upaya perseroan untuk terus meningkatkan performa, yakni melalui penetrasi pasar ekspor, dengan mencatat pendapatan ekspor sebesar USD45 juta tahun ini, naik 56% . Ini adalah bukti upaya GRP dalam memperluas jejaknya di panggung internasional, di mana GRP telah berhasil menembus pasar regional utama tahun ini seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Selandia Baru, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Selain itu, kinerja positif ini dapat dikaitkan dengan investasi perusahaan pada teknologi modern untuk meningkatkan kapasitas produksi baja dan memperkuat kredibilitasnya sebagai produsen baja yang berkelanjutan. Setelah itu, perusahaan memiliki rencana yang kuat untuk tahun 2023 yang bertujuan untuk menyalurkan lebih banyak investasi ke dalam kemampuan produksi baja dan teknologi ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan baja yang terus meningkat di kawasan ini dan khususnya, baja karbon rendah.

“Tahun 2022 adalah tahun pertumbuhan dan pencapaian. Memasuki tahun baru, kami berharap dapat melanjutkan momentum ini dengan mengarahkan pandangan kami ke luar Indonesia. Kami optimis dapat melakukannya karena terlihat dari peningkatan volume produksi kami sebesar 36% sejak tahun 2021, yang kami yakini dapat mengatasi kesenjangan permintaan dan pasokan baja di kawasan ini,” kata Roymond Wong, Direktur Keuangan Gunung Raja. Paksi, dalam rilisnya, Kamis (22/12/2022).

Menutup tahun 2022 dengan inisiatif keberlanjutan

Di tahun kedua kepemimpinan barunya, setelah bertransformasi dari keluarga menjadi dikelola secara profesional, GRP menerapkan inisiatif besar dalam ruang keberlanjutan. Yang paling menonjol adalah Buku Panduan Strategi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) dan pembentukan departemen keberlanjutan baru untuk mendorongnya.

GRP juga telah mejalin kemitraan penting dengan para pelaku industri utama seperti Fortescue Future Industries (FFI), Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dan TotalEnergies untuk mengeksplorasi solusi dekarbonisasi dan memfasilitasi diskusi untuk membantu industri di kawasan ini, bergerak ke arah yang lebih ramah lingkungan. masa depan.

Terkait produksi, GRP juga telah berinvestasi dalam mengubah penggunaan energi mereka dalam upaya mencapai Net Zero. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana GRP telah bertransisi dari tanur sembur tradisional dan sekarang beroperasi di Electric Arc Furnace (EAF), yang telah terbukti kurang polusi. Perusahaan juga telah menugaskan Light Section Mill (LSM) sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan konsumsi energi.

“Saat kita melakukan perjalanan menuju dunia yang sadar lingkungan, penting bagi bisnis untuk memperhitungkan keberlanjutan ke dalam model bisnis mereka untuk menjadi produsen yang bertanggung jawab. Di GRP, kami telah menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk mendekarbonisasi proses kami dan sekarang dengan bangga menyebut diri kami sebagai pemasok baja karbon rendah. Kami berharap untuk melihat baja kami memasuki lebih banyak proyek bangunan hijau di wilayah ini pada tahun 2023 dan membuka jalan bagi pembuat baja lainnya untuk mengikuti perjalanan dekarbonisasi mereka sendiri,” kata Tony Taniwan, Komite Eksekutif di Gunung Raja Paksi.

Berpartisipasi di Ikatan Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) Business Forum (IBF) baru-baru ini yang mengungkapkan agenda nasional untuk meningkatkan infrastruktur Indonesia dan memodernisasi sumber daya lokal serta pembangunan Ibukota Negara (IKN) baru yang mengutamakan green building, GRP bertujuan untuk memasok produk baja karbon rendahnya untuk menjadi ujung tombak pembangunan infrastruktur bagi negara dan kawasan.

Memenuhi permintaan baja negara dan kawasan yang terus meningkat

GRP memperkirakan bahwa permintaaan negara dan kawasan akan baja akan terus meningkat. Menurut World Steel Association, konsumsi baja global akan pulih sebesar 1% menjadi 1,81 miliar ton meskipun terjadi hambatan ekonomi pada tahun 2023. Di Indonesia saja, konsumsi baja pada tahun 2023 diperkirakan akan mencatat pertumbuhan sebesar 3,5% YoY dan Permintaan Baja Jadi Indonesia diperkirakan akan mencapai 20,1 mt. Hal ini didorong oleh proyek konstruksi yang menyumbang 78% konsumsi baja. Misalnya, ibu kota negara baru di Kalimantan (IKN) membutuhkan 9,2 juta ton yang GRP yakin bisa mereka pasok. Hal ini terlihat dari peningkatan volume penjualan GRP sebesar 23% dari 2021 tahun ini, yang menyoroti meningkatnya permintaan produk baja perseroan.

GRP memahami bahwa tidak hanya permintaan baja yang meningkat tetapi juga baja yang diproduksi dari cara yang berkelanjutan untuk mendukung pembangunan kota dan infrastruktur hijau. Dengan demikian, GRP telah melakukan upaya dekarbonisasi proses produksi dan telah memperoleh sertifikat deklarasi produk lingkungan (EPD). Dengan kredensial ini, GRP telah berhasil menembus pasar regional seperti Australia dan Selandia Baru dan Amerika Serikat, dan berharap dapat memperluas jangkauannya ke pasar yang lebih sadar lingkungan.

Menyusul partisipasi GRP di IBF, perusahaan sejalan dengan rencana pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Dengan demikian, GRP saat ini sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk merumuskan kebijakan untuk melindungi pemasok baja lokal di bidang-bidang seperti anti-dumping.